Jangan Marah Bila Kutulis - I

 Ditepi kayu bakar, dihangatnya sepi, Laskar diselimuti keresahan. Di pinggir lembut ombak, dibisikan air, Laskar dipukul bimbang. Ia harus meninggalkan pacarnya yang sudah menjalin hubungan selama setengah semester, meninggalkan kura-kuranya yang telah ia rawat dari sekolah dasar, meninggalkan keluarganya yang sangat mencintainya dan harus mengambil keputusan untuk tinggal atau meninggalkan.









Waktu telah begitu larut purnama, Laskar berat memikirkan nama-nama orang yang akan merindukannya. Pendidikan begitu penting bagi hidupnya, terutama Laskar bercita-cita menjadi penyiar Radio. Galga Dwipa adalah sosok utama yang meracuni dirinya untuk mengejar profesi tersebut, Ia seorang penyiar kharismatik dengan suara serak khasnya.












Laskar perlu memberi banyak nutrisi ditubuhnya karena selama kurang lebih 8 semester ia harus tinggal sendiri dikota yang berada di pulau tatangga. Ibunya yang tuna rungu hanya bisa memberinya nasihat sebulan sekali, itu juga kalau pengiriman tak ada hambatan. Ayahnya telah lama meninggal, kepergiannya meninggalkan 4 hektar perkebunan kopi yang harus diatur oleh sang istri.










Nasihat I
Dibentang purnama
Membungkam kepala
Cahaya bias temaram
Terhabisi satu malam


Izinkan ombak berbicara
Kepada siapa?
Memanggil ketepian
Memanjang kesepian


Artefak telah tunggal
Marah masih tinggal
Malam selalu terusir
Jejak dipantai pasir
(2023)







Nasihat II
Ayahku tidak punya instagram
Ibuku tidak punya instagram
Kami sederhana sekali
Kami sederhana dua kali
Ayah menarik tanganku
Mengajak ke taman kopi
Besar sekali
Tak mampu ku minum sendiri
Tukang kebun itu sangat harum
Bersandar dicangkir sambil nyengir
Kami ajak ngopi bersama
Keluarga kami sederhana tiga kali
(2023)





Keberangkatan tiba aku pergi meninggalkan rumah untuk pergi ke kota Priam. Ibu menangisiku didepan pagar selepas memeberikan pelukan erat. Sangat erat karena cukup berat melepas anak lelaki untuk tinggal sendiri ditempat yang jauh dari jemarinya.






Rumah
Kursi goyang telah rapuh
Dimakan usia ayah
Dimakan massa


Biasanya ada tukang koran jam tujuh pagi
Melempar kopi ke teras
Memanipulasi istri


Sekarang tak ada tukang koran
Tak ada ayah
Sisa kopi dan istri
(2023)






Travel tiba, aku di jemput dan diantar ke pelabuhan Mahligai. Aku melihat banyak anak-anak kecil  pandai berenang disana, mereka mengejar logam yang dilempar penumpang kapal kearahnya. Aku masuk ke deck kapal mencari kursi duduk untuk memanjakan kakiku, tetapi aku malah tertidur yang menyebabkan aku kehilangan beberapa momen perjalananku.









Diperjalanan menuju Priam, Laskar melihat banyak pohon karet. Banyak petani yang tersenyum kearahnya. Laskar tak mengetahui arti senyuman itu. Ada seekor anak kecil berlari mengejar layangan. Menggapai satu layangan adalah cita-cita yang sederhana.  Peristiwa itu membuat Laskar ingin kembali ke masa kecil.







Silahkan di cek kamarnya. Aku tiba di ruangan 3x4 untuk memeriksa apa saja fasilitas yang aku dapatkan dari harga 1,2 juta sebulan. Benar saja, aku mendapatkan kasur, lemari, kamar mandi, AC dan sepi.







Kamar kecil
Aku izin ke kamar kecil
Delapan semester
Kalo cepet alhamdulillah
Kalo lama sabarlah
Kamarku masih mungil
Dekorasi masih nihil
Kadang aku bersembunyi dibalik selimut
Di tengah malam
Di bantai kata
Di kunyah sepi
(2023)











Hari pertama masuk kuliah terasa sangat menyenangkan, dimana Laskar mendapat rekan baru, rutinitas baru dan semangat baru. Sepatunya masih kincong, bajunya masih ada tag merek, walau sedikit mengganggu punggung.








Selepas perjalan pulang Laskar melihat wanita berambut strawberry dengan jeans robek di dengkul kanan. Seperti mantan SMA nya. Biarlah.







Mantan
Mantanku Margaret
Selepas hijau bicara nyeret
Layak Bimbim
Dengan kamus slang
Kirim aku bunga!
(2023)








Hari pertama melelahkan, banyak sekali barang yang perlu Laskar bawa. Ada tanaman hias, palu, helm proyek, coklat, dan masih banyak lagi. Memang budaya anjing ini sudah turun menurun. Mempersulit mahasiswa baru adalah kesenangan kolektif bagi para kakak tingkat. Masa orientasi masih panjang, tersisa 4 hari lagi. Laskar perlu mengisi daya untuk esok hari.







Rasanya sangat senang, di hari kedua Ibu mengirim ku sebuah surat dari kertas. Ibu tidak bisa menggunakan telepon genggam sebab diusianya tak memungkinkan untuk belajar menggunakannya, apalagi fisiknya yang kurang. "Tolong buka surat ini diujung malam" Catatan yang tertera dibungkus surat.







Berdiri dikasur sendiri
Apa kabarmu?
Ibu sedang memangku rindu
Harap Ibu kamu tak nakal
Pakai akal
Bukumu tidak dibawa?
Siapa yang istimewa?
Ada sayur lodeh
Ibu memasaknya dengan remeh
Katanya kamu sudah berani
Berdiri dikasur sendiri
Sehat nak
(2023)







Laskar tak memenuhi pesan dicatatan bungkus surat yang ibunya beri. Ibu meminta surat dibuka di ujung malam, tetapi Laskar membuka di pagi lusa. Jadwal hidup yang berubah membuat Laskar tak sempat menyesuaikan pesan yang terjadwal.








"Ibu sehat?" tanya Laskar.
"Alhamdulillah kau masih bisa menelpon, ibu menuliskan kamu nasihat lewat surat saja ya. Ibu sudah berusaha memakai gadget tapi ibu tak pernah bisa mengendalikan tombolnya" jawab Ibu.
"Baik lah bu, nanti Laskar telpon aja sehabis ibu kirim surat" jawab Laskar.









Tuna cinta
Gadis itu tuna netra
Jalan bersama tongkatnya
Sendirian
Menuju ego
Dibelah rinduku
Digelap khayalku
Gadis itu tuna cinta
(2023)












Cukup
Alkoholnya yang banyak saja
Di gelas terakhir juga tak ada surga
Mabuknya sedikit saja
Di gelas terakhir ditunggu neraka
Kalo kentang jangan nantang
Malam ini melayang buron
Bulannya kok monoton
Dua kursi tewas
Tragis
Dimuntahkan keluhnya dimeja
Sampai kuyup tawa
Malam ini sudah cukup ya
(2023)
















Di jauh
Aku tinggal dijauh
Matamu
Aku menyala dijarak
Gapaimu
Hati-hati di tanah orang
(2023)








Sudah punya instagram
Keluarga kami sudah punya instagram
Ayah saya tidak pasang foto profil
Ibu saya tidak pernah membuat cerita
Adik saya feedsnya tak ada unggahan
Keluarga kami sederhana sekali
Maaf. Keluarga kami ekslusif sekali
(2023)









Hujan
Hujan bisa saja menjadi subjek
Kalau; hujan menimpa mu
Aku juga bisa menjadi rindu
Bila kau menjadi objek
Keterangannya tidak ada
Entah itu waktu
Atau tempat
(2023)












Nasihat III
Api sedang memanjat neraka
Nampaknya
Di dapur ada suara berisik
Di wajan ada gelembung percik

Suara ibu banyak sekali
Kasih ibu Baik sekali
Meja kami selalu penuh
Nasi, lauk, sayur, kesah, keluh

Bapak sudah tak ada
Jangan boros-boros ya!
Kopi tak tahu lagi untuk siapa
Aku tak mau lagi kehilangan siapa
(2023)

















Nasihat itu begitu menumpuk, sebab Laskar tak pernah membacanya tepat waktu. Laskar tak sempat memberi waktu untuk membaca nasihat itu. Banyak nakal yang harus ia kejar. Namanya juga anak rantau yang jauh dari pantau. Ada jutaan kesempatan untuk menyimpang. Semoga Laskar enggak ya nak.








Nasihat IV
Mengapa kau tidak memanggilku
Dengan ponsel canggihmu
Dengan sopan santunmu

Aku adalah tuna netra
Tidak bisa memakan warna
Tidak bisa memuja cahaya

Beri aku kesempatan mendengar lara
Izinkan aku hayati duka
Kamu tidak dalam bahaya?

Risauku anggun terkemas
Punggungku loyo melemas
Kakiku digentayangi cemas
(2023)






Ibu sangat cemas, nasihat yang dikirim tidak digubris. Biasanya Laskar sesibuk-sibuknya masih bisa menyempatkan waktu untuk menelpon. Ibu tak mendapatkan kabar balik darinya sama sekali. Ibu hanya bisa menangis diatas kursi goyang sambil memangku boneka koboy yang selalu Laskar bawa saat ia kecil.

Komentar